SELAMAT DATANG.


Ingin ikut menulis diblog ini, sertakan alamat email Anda.
Artikel Anda akan diupload di blog ini.
Terima Kasih telah berkunjung.

(Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, "Orang yang menyantuni janda dan orang miskin adalah bagaikan orang yang berjihad fi sabilillah bahkan seperti orang yang tidak pernah berhenti puasa dan bagun shalat malam."
(Bukhari - Muslim)
"


Selasa, 21 Februari 2012

Dialog Nabi Musa dengan Nabi Khidir


 Kisah tentang Nabi Khidir atau Khadr/Khader/Al-Khadir tidak terlalu banyak dikisahkan di dalam Al-Qur'an, karena jumlah Nabi itu menurut para ulama ada sebanyak 125.000 Nabi dan 313 Rasul yang diutus oleh Allah Swt kepada kaumnya. Jadi hanya kisah 25 orang Rasul yang dikisahkan di dalam Al-Qur'an yang sudah mewakili kesemua Nabi tersebut.

Berikut kisah singkat Dialog antara Nabi Musa dengan Nabi Khidir dalam Al-Qur'an

 

Saat ditengah-tengah khutbah Nabi Musa dihadapan Bani Israil, ada salah seorang yang bertanya kepada Nabi Musa,``Musa, siapa orang yang paling pandai di muka bumi ?, ``Aku``, jawab Nabi Musa mantap. Jawaban ini membuat Nabi Musa ditegur Allah .
``Musa jangan menganggap dirimu sebagai orang yang paling pandai .karena ada hamba-Ku yang lebih pandai darimu .ia tinggal di antara dua lautan .``
``Ya Allah ,bagaimana caraku supaya bisa bertemu dengannya ?``
      ``Bawalah seekor ikan ,di mana ikan itu meluncurke laut, di situlah engkau dapat menemuinya .``

Kisah selanjutnya adalah seperti yang diabadikan Al-Qur`an ,surah Al-Kahfi ayat 60-82 .

60.   (ingatlah ) ketika musa berkata kepada muridnya : Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai nke pertemuan dua lautan ;atau akan berjalan sampai bertahun –tahun .``
61.    Maka tatkala mereka sampai di pertemuan dua buah laut itu , mereka lalai akan ikannya , lalu ikan itu melompat mengambil jalanya ke laut itu .
62.  Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh ,berkatalah Musa kepada muridnya ,``bawalah kemari makanan kita ;sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalan    kita ini .``
63. Muridnya menjawab :`` taukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang ) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali aetan dan ikan itu mengmmmbil jalanny ke laut dengan cara yang aneh sekali``.
64.  Musa berkata , ``Itulah (tempat) yang kita cari,`` lalu keduanya kembali , mengikuti jejak semula ,
65.  Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba –hamba kami , yang telah kami berikan kepadanya rahmat  dari sisi kami ,dan yang telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami .
66 . Musa berkata kepada khidir , ``Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkepadaku ilmu yang benar di antara ilmu- ilmu yang telah di ajarkan kepadamu ``?
67.  Dia menjawab , ``sesungguhnya kamu sekali –kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.’’
68.  Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”
69.   Musa berkata ,” Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan pun .”
70.  Dia berkata , “jika kamu mengikuti ku maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun , sampai aku sendiri menerangkanya kepadamu “.
71 . Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya  menaiki perahu lalu khidir melubanginya .Musa berkata , “mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya  kamu menenggelamkan penumpangnya ? “ sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.
72.  Dia (khidir) berkata , “ bukankah aku telah berkata ,”sesungguhnya kamu sekali –kali tidak akan sabar bersabar dengan aku “.
73.  Musa berkata ,”janganlah kamu menghukum aku   karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku”.
74. Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, Khidir membunuhnya. Musa berkata, “mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena ia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang munkar”.
75. Khidir berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?”
76. Musa berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku”.
77.  maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan negeri itu dinding rumah yang hamper roboh, Khidir menegakkan dinding itu. Musa berkata, “Jika mau, kamu bisa mengambil upah untuk itu.”
78.  khidir berkata, “inilah perpisahan antara aku denganmu. Aku akan memberitahumu tujuan dari perbuatan yang kamu tidak sabar terhadapnya.”
79.  adapun bahtera itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku merusak bahtera itu karena dihadapan mereka ada raja yang merampas setiap bahtera.
80. Dan adapun anak itu, kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.
81. dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
82. Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh maka Tuhanmu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaanya dan mengeluarkan simpananya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukanya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.

Nabi Khidir a.s dikenal diseluruh wilayah Islam. Beliau merupakan personifikasi sebuah fungsi intelek metafisis, “ruh (semangat) kenabian”, sebuah proyeksi kepada pusat wujud. Dalam hal ini, Ibrahim bin Adham berkata, “dalam sebuah hutan belantara aku hidup selama empat tahun. Tuhan memberiku makanan tanpa harus bekerja keras. Khidir adalah sahabatku selama dalam waktu tersebut. Beliau mengajariku nama-nama agung Tuhan.”              

Hikmah :

nabi Khidir memberi pelajaran yang berharga bukan hanya kepada Nabi Musa, tetapi kita semua bahwa tidak ada yang boleh mengklaim sebagai orang yang paling berilmu dan seorang murid yang baik haruslah memiliki sifat sabar ketika menimba ilmu dari gurunya. Kisah ini juga memerikan kita pelajaran untuk jangan letih dalam menimba ilmu agama.

Demikian semoga bermanfaat.

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadualla ilaha illa anta, astagfiruka wa atubu ilaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...